Kami menyediakan berbagai simulasi kredit, dari kredit mobil, kredit rumah, kpr, kartu kredit dan lain-lain. Simulasi pinjaman bisa juga dilakukan di sini.

Apa yang Terjadi Bila Negara Mencetak Uang Lebih Banyak?

Di negara berkembang banyak warganya yang kekurangan uang. Mereka punya daya beli yang kecil karena penghasilan yang cenderung rendah. Lalu muncul pertanyaan: kenapa negara tidak mencetak uang kertas lebih banyak? Toh uang kertas tidak perlu menghabiskan biaya lebih banyak jika dibandingkan dengan uang koin.

Barangkali, kamu adalah salah satu yang berfikir demikian. Bahkan ada juga yang berfikir, semakin banyak dicetak artinya negara semakin banyak uang. Akhirnya negara tersebut akan jadi negara kaya. Tetapi ternyata tidak demikian. Ternyata yang menentukan kaya tidaknya sebuah negara bukan berapa uang yang dicetak, tetapi berharga atau tidaknya uang yang dimiliki.

Terlebih lagi, uang kertas itu punya kelebihan dan juga kekurangan. Sehingga kalau semakin sering mencetak, bukan berarti semakin baik. Berikut misalnya kelebihan dan kekuranganya.

Kelebihan Uang Kertas

Jika dibandingkan dengan yang logam dan alat pembayaran lainnya, uang kertas unggul dalam beberapa hal. Beberapa di antaranya adalah:

  • Uang kertas tidak membutuhkan biaya produksi yang terlalu besar, jika dibandingkan dengan uang logam. Karena uang logam atau koin terbuat dari logam, yang tentu saja lebih mahal. Dengan begitu, pengeluaran negara dalam membeli dan menggunakan logam pun bisa ditekan.
  • Bentuk uang kertas dirasa nyaman karena ringan dan mudah dibawa kemana-mana. Walaupun masyarakat modern saat ini lebih menyukai transaksi virtual.
  • Nilainya stabil jika dibandingkan uang logam. Walau dalam keadaan baru keluar dari bank atau sudah lecek, nilai uang kertas tetaplah sama. Asalkan tidak robek. Sementara orang cenderung tidak mau menerima uang logam yang sudah rusak.
  • Jumlah produksinya bisa ditambah atau dikurangi dengan mudah sesuai dengan otoritas pemerintah.
  • Mudah dan murah saat dipindahkan. Karena bahannya dari kertas yang ringan, uang kertas dapat dipindahkan dalam jumlah banyak dengan biaya murah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kekurangan Uang Kertas

Walaupun yang kertas dianggap lebih unggul jika dibandingkan dengan uang logam, tetap saja uang jertas memiliki beberapa kekurangan. Di antaranya adalah:

  • Uang kertas hanya punya bilai di negara yang asalnya. Sementara uang logam dari emas atau perak. Bisa diterima di negara manapun. Karena uang logam punya nilai tersendiri dari materialnya.
  • Uang kertas mudah rusak. Entah itu robek, berlubang, terbakar, atau terkena air. Uang kertas juga bisa dimakan serangga.
  • Saat negara mengalami krisis atau inflasi yang serius, uang kertas bisa menjadi tidak berarti nilainya.

Karena itu, uang kertas harus diproduksi dan diregulasikan dalam jumlah yang tepat. Agar nilainya bisa tetap stabil. Lalu apa hubungannya mencetak uang lebih banyak dengan kondisi ekonomi negara?

Alasan Kenapa Negara Kecil dan Berkembang Tidak Mencetak Uang Kertas Lebih Banyak

Jika dibayangkan secara sederhana memang kesannya mudah. Rakyat dari suatu negara kekurangan uang, kenapa negara tidak mencetak lebih banyak dan dibagi-bagikan saja? Atau dengan memberikan penghasilan yang lebih banyak dengan tambahan cetak uang kertas tersebut? Maka masalah ekonomi di negara itu akan segera teratasi.

Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Jika sebuah negara mencetak banyak uang kertas, otomatis harga barang pun akan meningkat. Mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga harga kebutuhan kainnya, seperti properti, kesehatan, dan lainnya. Jadi, mencetak lebih banyak uang tidak berarti membuat negara jadi kaya.

Gampangnya, jika semua orang punya uang banyak, maka daya beli meningkat. Jika daya beli meningkat, maka harga akan langsung naik. Dan sebanyak apapun uang yang dimiliki, orang cenderung merasa mereka perlu lebih dan lebih lagi untuk membeli kebutuhan yang lain.

Semakin banyak uang dicetak, maka harga akan semakin cepat naik. Hal ini pertama kali terjadi di Jerman pada tahun 1923. Mereka berusaha meningkatkan kondisi perekonomian dengan memproduksi uang kertas lebih banyak. Pada akhirnya mereka mengalami apa yang disebut dengan hiperinflasi, saat harga barang meroket tajam.

Kelebihan Uang Menyebabkan Harga Melambung Tinggi

Untuk menjadi lebih kaya, sebuah negara harus memproduksi dan menjual sesuatu. Bisa berupa produk, jasa, atau potensi wisata alam. Jika hal ini berjalan lancar, maka akan aman bagi sebuah negara untuk mencetak uang kertas lebih banyak. Sehingga rakyat pun bisa meningkatkan daya beli mereka.

Tetapi, jika sebuah negara hanya mencetak lebih banyak uang kertas tanpa dibarengi dengan memproduksi atau menjual sesuatu, apa yang akan terjadi? Akibatnya tidak ada pemasukan negara dan harga akan langsung naik. Ini akan membuat rakyatnya lebih kesulitan. Karena jika dibiarkan, harga akan terus naik dengan cepat.

Agar lebih mudah, kita gunakan barang koleksi film Star Wars yang pertama kali diluncurkan pada tahun 1977. Film ini begitu populer dan franchise-nya pun merupakan yang paling berhasil di dunia perfilman. Prestasinya bahkan masuk ke dalam Guinness Book of World Record.

Bisa dibayangkan, koleksi merchandise yang super vintage dari tahun 1977 pasti sangat berharga. Kenapa? Karena tidak diproduksi lagi, jadi langka. Jadi, walaupun orang punya uang lebih banyak untuk membelinya, bukan berarti banyak orang bisa memilikinya. Penjual akan menaikkan harga, sehingga tetap saja barang ini bernilai sangat tinggi.

Negara yang Pernah Mengalami Hiperinflasi Akibat Mencetak Uang Kertas Lebih Banyak

Seriap negara tentu ingin kondisi perekonomian negara beserta rakyatnya lebih baik. Ada beberapa yang mencoba dengan cara mencetak uang lebih banyak, namun malah mengalami hiperinflasi yang semakin menyulitkan rakyatnya. Beberapa contohnya adalah:

  1. Jerman

Ini terjadi sejak tahun 1921-1923, dengan kondisi terburuk di tahun 1923. Untuk membiayai Perang Dunia I, Jerman menutupi keseluruhan biayanya dengan meminjam uang. Mereka yakin akan memenangkan perang dan bisa langsung membayar hutang. Namun, pada akhirnya strategi ini gagal total karena Jerman kalah perang.

Akhirnya Jerman memiliki hutang besar yang tidak bisa mereka bayar. Pemerintah pun mencetak uang lebih banyak. Dengan harapan bisa meningkatkan kindisi ekonomi negara. Namun yang terjadi adalah harga semakin naik, ditambah dengan semakin banyaknya hutang yang harus mereka bayar.

Pada akhirnya nilai German Papiermark, atau Mark, mata uang Jerman saat itu, merosot tajam. Jerman mengalami hiperinflasi yang sangat buruk. Bayangkan saja, di tahun 1922 harga roti di Berlin sekitar 160 Mark. Di akhir tahun 1923, harga roti menjadi 200,000,000,000 Marks!

  1. Zimbabwe

Hampir 100 tahun kemudian, masih ada negara yang mengalami hiperinflasi. Zimbabwe mengalaminya pada tahun 2007 hingga 2009. Di masa puncaknya, yaitu 2008-2009, pemerintah Zimbabwe bahkan berhenti mengisi data statistik inflasi resmi mereka. Hingga pada akhirnya Zimbabwe menghentikan percetakan uang kertas di tahun 2009.

Republik Zimbabwe yang dulunya merupakan koloni Inggris, berdiri pada tahun 1980. Di tahun 1990-an, pemerintah berusaha mengembalikan hak milik tanah dari orang kulit putih ke penduduk asli. Dengan harapan para penduduk asli bisa mengolah tanah pertanian dan meningkatkan ekonomi negara.

Namun, penduduk asli ini tidak terlatih dengan baik mengenai cara menegelola pertanian yang tepat. Sehingga menyebabkan kondisi ekonomi Zimbabwe menurun drastis. Korupsi yang dilakukan pemerintah semakin memperparah keadaan. Pada akhirnya, mata uang Zimbabwe tidak bernilai.

Di tahun 2009, pencetakan uang kertas dihentikan dan Zimbabwe menggunakan mata uang dari negara lain dalam kegiatan jual beli.

  1. Venezuela

Venezuela baru mengalami hiperinflasi di tahun 2016. Hal ini disebabkan utamanya karena kondisi politik yang kritis dan sosial ekonomi yang tidak stabil secara kontinyu. Sebenarnya Venezuela sudah mengalami inflasi sejak tahun 1983. Terkadang keadaan sedikit membaik, namun inflasi masih mereka alami hingga kini.

Menurut para ahli, Venezuela mengalami hiperinflasi pertama kali pada masa pemerintahan Nicolás Maduro. Saat itu, yang kertas dicetak dalam jumlah sangat banyak namun tidak ada produksi signifikan dari negara. Hanya dalam waktu 1 tahun, dari 2013 ke 2014, Venezuela dinyatakan mengalami hiperinflasi.

Hiperinflasi di Indonesia

Kebanyakan dari kita memang belum lahir pada saat Indonesia mengalami hiperinflasi. Jadi banyak yang tidak mengetahui bahwa negara kita juga pernah mengalami kesulitan karena masalah ini. Tepatnya terjadi pada akhir masa pemerintahan Orde Lama, di tahun 1963-1965. Saat itu adalah era Demokrasi Terpimpin.

Presiden Sukarno memiliki ambisi proyek mercusuar. Karena itu, beliau memutuskan mencetak Rupiah lebih banyak. Namun, dengan adanya pemberontakan di sana-sini, kondisi pilitik pun menjadi tidak stabil. Indonesia yang di awal kemerdekaan mengalami kemajuan ekonomi, pada akhirnya harus mengalami kejatuhan.

Di periode 1962-1965, pemerintah mencetak banyak uang untuk membayar hutang. Uang ini juga digunakan untuk mendanai proyek megah, seperti Monas. Karena dikeluarkan dari PBB, Indonesia juga tidak bisa lagi mendapat bantuan asing. Tak dapat dihindari lagi, pada akhirnya Indonesia mengalami hiperinflasi.

Negara yang Bisa Mencetak Uang Kertas Tanpa Ada Masalah

Saat ini, ada 1 negara yang bisa menjadi lebih kaya dengan cara mencetak uang kertas lebih banyak. Ya, betul. Amerika Serikat, sebuah negara yang bisa memainkan politik dunia. Hal ini bisa terjadi karena kebanyakan barang berharga yang diperjualbelikan di dunia dihargai dalam mata uang Dolar Amerika.

Jadi, jika Amerika Serikat mau membeli sesuatu lebih banyak, mereka bisa saja tinggal mencetak uang lebih banyak. Tetapi jika dicetak terlalu banyak, harga barang-barang dalam Dolar pun akan ikut naik. Karena itu, negara sebesar Amerika Serikat pun juga menjaga regulasi uang mereka dengan baik.

Terlalu Banyak, Terlalu Cepat

Sebuah negara hanya bisa mencetak uang dalam mata uang mereka sendiri. Tidak bisa mencetak Dolar Amerika. Dan jika sebuah negara mencetak uang dalam jumlah banyak dalam waktu singkat, maka harga barang akan naik. Dengan begitu, nilai uang akan turun drastis. Bahkan seperti yang pernah dialami Zimbabwe, bisa tidak berharga sama sekali.

Hal ini bisa menyebabkan proses jual belu dilakukan dengan sistem barter. Atau membayar dengan mata uang negara lain, terutama Dolar Amerika. Tentu hal ini bisa dicegah dengan menetapkan harga rendah pada barang-barang kebutuhan pokok. Namun pada akhirnya barang-barang ini akan segera habis dan negara pun kemurangan bahan pokok.

Mencetak Uang Perlu Dilakukan pada Kondisi Tertentu

Pada kondisi di mana sebuah negara kekurangan jumlah uang, mencetak uang kertas dalam jumlah lebih banyak perlu dilakukan. Karena kalau uang yang beredar tidak cukup, bisnis pun tak bisa berjalan. Tanpa bisnis, tidak ada produksi, pegawai pun tidak mendapat penghasilan. Rakyat bahkan tak bisa meminjam dari bank.

Di saat seperti itu, perlu mencetak uang dalam jumlah lebih banyak. Sehingga roda ekonomi bisa terus berputar. Inilah yang menjadi tugas bank sentral di setiap negara. Ketika negara membutuhkan jumlah uang kebih banyak, mereka akan mencetak dan mendistribusikan dengan baik. Sehingga kondisi perekonomian bisa lebih stabil.

Kesimpulan

Jumlah yang yang terlalu sedikit bisa mengakibatkan harga turun. Tapi, mencetak uang terlalu banyak bukanlah jawaban yang selalu tepat. Tanpa produksi barang, tanpa ada sesuatu yang bisa dijual, yang menjadi tak bernilai. Harga akan naik, dan keadaan ini sama buruknya dengan harga-harga ng merosot tajam.

Karena itulah perekonomian harus selalu dijaga dengan baik. Ekonomi memang tidak semudah itu. Karena itu, ekonomi sering disebut sebagai ilmu yang suram.

Artikel Terkait

Demikianlah artikel tentang yang terjadi bila negara mencetak uang lebih banyak, semoga bermanfaat bagi Anda semua.



10 Negara Paling Panas Di Dunia
10 Negara Paling Pintar di Dunia (Berdasarkan Rangking IQ)
Mengapa Sebuah Negara Mengimpor dan Mengekspor Produk Yang Sama?
Apa yang Terjadi Jika Negara Menolak Melunasi Utang?
10 Alasan Sebuah Negara Memindahkan Ibu Kotanya
Bagaimana Cara Dapat Uang di Twitch?
Apa Itu Nilai Intrinsik dan Ekstrinsik Uang?
10 Negara dengan Jumlah Billionare Terbanyak
10 Negara Terluas di Dunia
10 Negara dengan Cadangan Emas Terbesar di Dunia


Bagikan Ke Teman Anda